Mendidik anak memang tidak bisa dikatakan mudah. Selain berhadapan dengan jiwa dan keinginan si anak, seorang pendidik juga berhadapan dengan berbagai lingkungan yang bisa mempengaruhi kepribadian anak didik. Hal itu membutuhkan pengawasan yang baik agar bangunan yang didirikan oleh sang pendidik tidak mudah runtuh karena pengaruh jiwa dan lingkungan anak.
Abu dan Ummu yang semoga dirahmati Allah…
Untuk melakukan pengawasan terhadap anak memang dibutuhkan tenaga ekstra. Terlebih lagi jika anak kita hidup dalam suatu lingkungan yang bisa dikatakan kurang baik. Meskipun demikian, tetap saja kita harus mengusahakan hal tersebut, karena pendidikan anak harus berjalan seimbang, baik dari sisi pembimbingan, maupun dari sisi perlindungan dari hal yang merusak.
Sangat banyak metode yang bisa dilakukan dalam mengawasi perkembangan kepribadian anak. Setiap orangtua bisa bekerja sama dengan pihak lain, seperti anggota keluarga, sekolah, tempat ngaji, juga dengan masyarakat sekitar.
Islam sebagai agama yang sempurna dalam segala hal, termasuk dalam bidang pendidikan, juga tidak mengabaikan sisi pengawasan ini. Bahkan, nilai-nilai akidah yang diterapkan dalam islam memiliki peran yang sangat penting dalam hal pengawasan terhadap anak.
Kurangnya Pengawasan Manusia
Kita semua mengakui kekurangan yang ada pada diri kita. Sehingga keterbatasan pengawasan pun menjadi salah satu kendala dalam pendidikan anak. Bagaiman tidak terbatas, sedangkan setiap pendidik ataupun setiap orangtua juga memiliki kesibukan lain yang tidak kalah penting dengan pendidikan anak. Begitu pula, keadaan manusia yang tidak mungkin mengetahui perkara tersembunyi, yang tidak nampak oleh inderanya, menjadikan pengawasan manusia memiliki banyak kekurangan.
Sebagaian kita mungkin telah paham bahwa pengawasan terbaik adalah yang muncul dari diri sendiri. Maksudnya, orang yang dalam keadaan “sadar” tidak akan melakukan perbuatan-perbuatan yang menurutnya tercela. Di sini, berarti kita harus memperhatikan sebab-sebab yang akan menumbuhkan kesadaran atau pengawasan diri. Kesadaran atau pengawasan diri tidak akan muncul dengan sendirinya begitu saja.
Dalam nilai-nilai akidahh atau keyakinan islam, sesungguhnya kita telah mendapati satu hal penting yang bisa memunculkan kesadaran dan pengawasan dalam diri. Inilah yang harus kita tanamkan semenjak kecil, sehingga jika anak telah dewasa dan senantiasa memegang keyakinan ini, insyaAllah dia bisa menjadi pengawas bagi dirinya sendiri.
Muraqabah, Pengawasan Terbaik
Abu dan Ummu yang dirahmati Allah…
Keyakinan atau akidah yang dimaksud di sini adalah muraqabatullah, yaitu keyakinan yang ada pada diri seseorang bahwa Allah senantiasa melihat, memperhatikan, dan mengawasinya. Dengan adanya keyakinan ini, seorang mukmin akan senantiasa terjaga dari hal-hal yang buruk. Dia merasa tidak akan lepas dari pengawasan Allah di manapun dia berada. Seandainya pun dia berbuat kesalahan, dia akan segera bertaubat dan memohon ampunan dariNya karena Dia telah mengetahui kesalahannya.
Jika pada diri seorang anak telah tertanam keyakinan ini, tatkala dia beranjak dewasa –waktu yang sangat rawan terhadap berbagai kemaksiatan- dia akan senatiasa berhati-hati dalam bertindak, berteman, dan bertingkah laku. Karena dia telah yakin Allah senantiasa mengawasi.
Cobalah bayangkan, seandainya tidak ada keyakinan ini dalam diri anak, sedangkan kemampuan pengawasan kita terbatas, apakah mungkin kita bisa melaksanakan pengawasan sebaik-baiknya? Maka tanamkanlah keyakinan ini semenjak kecil. Dikatakan, mengajarkan sesuatu pada anak sewaktu kecil bagaikan mengukir di atas batu. Memang agak susah, tapi hasilnya insyaAllah akan lebih kuat tertancap dalam hati.
Caranya?
Abu dan Ummu, semoga Allah memberikan keturunan yang shalih kepada kita…
Menanamkan keyakinan muraqabatullah pada anak, sangat berkaitan erat dengan pengenalannya terhadap Allah. Maksudnya, dengan mengenal sifat-sifat Allah yang maha sempurna, disertai pemahaman dan keyakinan mendalam terhadapnya, si anak akan bisa merasakan bahwa Allah mengenalkan beberapa sifat Allah yang maha tinggi kepada anak kita. Di antaranya,
Al ‘Amin, Allah maha mengetahui. Bahwa Allah mengetahui segala sesuatu, yang terdahulu dan akan datang, yang tampak dan yang tersembunyi. Allah juga mengetahui segala sesuatu yang ada dalam hati.
Al Bashiir, Allah maha melihat, tidak ada sesuatu yang tersembunyi bagi Allah. penglihatanNya tidak terbatas. Dia melihat segala sesuatu yang maupun yang tersembunyi.
As Samii’, Allah maha mendengar. Semua yang diucapkan makhluk, Allah mengetahuinya sampai sedetil-detilnya. Tidak membedakan antara bahasa manapun, Allah tetap mendengar dan mengetahuinya.
Hendaknya sebagai orang tua atau seorang pendidik, senantiasa mengingatkan anak didiknya dengan sifat-sifat Allah tersebut. Misalnya dikatakan kepada anak, “Anakku, kalau kamu berbohong, Allah mendengarnya lho, Allah juga tahu yang kamu sembunyikan….” Tentunya disesuaikan dengan tingkat pemahaman mereka.
Kemudian hal yang senantiasa kami ulang-ulang bahwa segala keberhasilan dalam pendidikan bergantung kepada taufik dari Allah. Sehingga dalam hal ini juga kita harus memohon kepada Allah agar diri kita dan anak kita senantiasa mengingat Allah subhanahu wata’ala. (**)
Sumber: Majalah Nikah volume 8 no. 6 tahun 2009
Pasang toolbar wahdahmakassar.org di browser Anda, Klik Di sini!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar