Syaikh Muhammad Bin Shâlih al-Utsaimîn
Wahai kaum Muslimin, marilah kita bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla
dan menjaga shalat lima waktu kita serta mengerjakannya dengan penuh
ketaatan. Ketahuilah, sesungguhnya shalat adalah tiang agama. Karena
itu, tidak akan tegak agama seseorang yang meninggalkan shalat dan ia
tidak akan mendapatkan bagian dalam agama ini. Menegakkan shalat adalah
suatu bentuk keimanan dan meninggalkannya merupakan kekufuran. Maka,
siapa yang menjaga shalatnya, maka hatinya akan bercahaya, demikian pula
wajah dan kuburnya, dan saat dikumpulkan di Mahsyar, ia juga akan
mendapat keselamatan pada hari kiamat. Dia akan dikumpulkan bersama
orang-orang yang telah diberi kenikmatan oleh Allah Azza wa Jalla yaitu
para nabi, shiddîqîn, syuhadâ` dan shâlihîn. Adapun sebaliknya, siapa
yang tidak menjaga shalatnya, dia tidak akan mendapatkan cahaya dan
keselamatan pada hari kiamat, dan di akhirat kelak dia akan dikumpulkan
bersama Fir`aun, Hâmân, Qârûn, dan Ubai bin Khalâf.
Wahai, kaum Muslimin, bagaimana kita bisa menyia-nyiakan shalat,
padahal shalat adalah penghubung kita dengan Allah Azza wa Jalla . Jika
kita tidak memiliki penghubung antara kita dengan Allah Azza wa Jalla ,
dimana ubûdiyah (penyembahan) kita ? Dimana (wujud) kecintaan kita
kepada Allah Azza wa Jalla , dan ketundukan kita kepada-Nya ? Sungguh
celaka dan rugi orang yang setiap kali mendengar panggilan kepada dunia,
dengan segera ia memenuhinya dan ketika mendengar seseorang menyeru
kepada Allah Azza wa Jalla hayya alas shalâh dan hayya ala falâh, mereka
merasa berat hati dan berpaling.
Wahai kaum Muslimin, bukankah kita semua tahu bahwa amal yang pertama
kali akan dihisab oleh Allah Azza wa Jalla pada hari kiamat adalah
shalat. Jika shalat kita baik, maka baik pula seluruh amal ibadah kita.
Dan jika rusak, maka rusak pula amal ibadah kita.
Wahai umat Muhammad, marilah kita tegakkan shalat kita selagi kita
masih berada di dunia. Ingatlah Allah Azza wa Jalla di saat lapang,
niscaya Allah Azza wa Jalla akan mengingat kalian di waktu sempit. Siapa
yang melupakan Allah Azza wa Jalla , Allah Azza wa Jalla pun akan
melupakannya. Siapa yang meremehkan perintah Allah Azza wa Jalla , Allah
pun akan meremehkannya. Wahai umat Muhammad, siapakah di antara kita
yang merasa aman dengan kematian kemudian bertaubat dan mengerjakan
shalat ? Bukankah masing-masing kita takut dengan kematian dan tidak
mengetahui waktunya ? Bukankah kematian itu datang secara tiba-tiba
dalam keadaan manusia tidak merasa ? Bukankah kematian mendatangi
manusia di dunia ini saat mereka lalai?
Wahai kaum Muslimin, sesungguhnya setelah kematian yang datang secara
tiba-tiba tidak ada lagi amal setelahnya, yang ada setelah itu hanyalah
balasan dari amal perbuatannya. Maka, siapa yang mengerjakan kebaikan
seberat dzarrah ia akan melihatnya, dan siapa yang mengerjakan keburukan
seberat dzarrah , dia juga akan melihatnya.
Wahai kaum Muslimin, wahai orang-orang yang beriman kepada Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beriman kepada wahyu yang
diturunkan Allah Azza wa Jalla kepadanya. Sesungguhnya di antara
ketentuan yang Allah Azza wa Jalla wajibkan dalam shalat itu adalah
hendaknya kita mengerjakannya di masjid bersama jamaah kaum Muslimin.
Marilah kita menegakkan shalat, menunaikan zakat, dan ruku` bersama
orang-orang yang rukû`. Ini adalah jalan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan para Sahabatnya. `Abdullâh bin Mas`ûd Radhiyallahu anhu
mengatakan , “Siapa di antara kalian yang kelak ingin berjumpa dengan
Allah Azza wa Jalla dalam keadaan Islam (berserah diri), hendaklah dia
menjaga shalat-shalatnya, karena sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah
mensyariatkan sunah-sunah petunjuk kepada Nabi-Nya, dan shalat itu
termasuk sunah-sunah petunjuk. Jika kita shalat di rumah, maka itu sama
saja kita meninggalkan sunah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Jika
kita meninggalkan sunah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , maka kita
akan tersesat. Jika seorang yang berwudlu dan membaguskan wudlunya,
setelah itu dia menuju masjid, maka pada setiap langkahnya Allah Azza wa
Jalla akan memberikan satu kebaikan yang akan mengangkat kedudukannya
satu derajat dan menghapuskan satu kesalahannya. Menurutku, orang yang
meninggalkan shalat tiada lain adalah orang munafik yang diketahui
nifaknya.”
Wahai kaum Muslimin, sesungguhnya shalat jamaah di masjid itu
termasuk suatu kewajiban, dan orang yang melaksanakan, berarti ia telah
menegakkan shalat dan menjaganya. Orang yang shalat bersama jamaah
berarti telah menegakkan kewajibannya kepada Allah Azza wa Jalla .
Sedangkan orang yang meninggalkan jamaah tanpa udzur, berarti ia telah
berbuat maksiat kepada Allah Azza wa Jalla dan membahayakan shalatnya.
Sebagian Ulama` mengatakan, “Siapa yang meninggalkan shalat jamaah tanpa
udzur, maka shalatnya batil (tidak sah). Ucapan di atas di katakan oleh
adalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah t dan Imam Ahmad dalam sebuah
riwayat. Sesungguhnya shalat jamaah itu lebih afdhal dari pada shalat
sendirian sebesar 27 derajat. Orang yang meninggalkan shalat jamaah
tanpa udzur adalah orang yang pemalas dan lalai. Keadaan mereka seperti
keadaan orang-orang munafik yang difirmankan oleh Allah Azza wa Jalla
dalam al-Qur`ân :
وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَىٰ
Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. [an-Nisâ`/4:142]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( أَثْقَلُ اَلصَّلَاةِ
عَلَى اَلْمُنَافِقِينَ: صَلَاةُ اَلْعِشَاءِ, وَصَلَاةُ اَلْفَجْرِ,
وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا
“Shalat yang (dirasakan) paling berat oleh orang-orang munafik adalah
shalat Isyâ` dan shalat Fajr(subuh). Seandainya mereka mengetahui
(pahala) apa yang ada pada keduanya, niscaya mereka akan mendatanginya,
meskipun dengan merangkak”. [HR. al-Bukhâri 644]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersumpah bahwa seandainya orang
munafik yang meninggalkan shalat itu mendapatkan rezeki sedikit di
dunia, niscaya ia akan menghadiri shalat jamaah dan kebanyakan
orang-orang yang meninggalkan shalat jamaah seandainya mereka disibukkan
dengan urusan duniawi ketika terbit fajar, niscaya ia akan bersemangat
untuk hadir tepat pada waktunya. Shalat jamaah adalah suatu aktifitas
dan ketenangan dan meninggalkannya merupakan bentuk kemalasan, dan
sedangkan tergesa-gesa dalam mengerjakannya biasanya tidak tuma`ninah.
Orang yang mengerjakan shalat dengan tergesa-gesa keadaannya seperti
seekor burung yang mematuk makanannya. Barangkali dia juga mengakhirkan
waktu shalatnya. Shalat jamaah akan melahirkan suatu kecintaan dan
kelembutan serta akan menerangi masjid dengan dzikir kepada Allah Azza
wa Jalla . (Dengan shalat) syiar-syiar Islam akan nampak. Dalam shalat
jamaah ada suatu pembelajaran bagi orang-orang jahil, peringatan bagi
orang yang lalai dan kemaslahatan yang sangat banyak. Bagaimana pendapat
kalian jika shalat jamaah itu tidak disyariatkan, dan tidak mungkin
Allah Azza wa Jalla menghendaki demikian, bagaimanakah keadaan kaum
Muslimin ? (tentu) mereka akan terpecah belah, masjid-masjid akan tutup
dan umat ini akan memiliki syi`ar jamâ`i dalam agama ini. Karena itulah
di antara hikmah Allah Azza wa Jalla dan rahmat-Nya, Dia mewajibkannya
kaum Muslimin. Marilah kita bersyukur kepada Allah Azza wa Jalla dengan
nikmat ini. Marilah kita laksanakan kewajiban ini. Marilah kita merasa
malu kepada Allah Azza wa Jalla ketika meninggalkan perintah-Nya, serta
waspada terhadap siksa-Nya.
Mudah-mudahan Allah Azza wa Jalla memberikan pertolongan kepada kita
agar bisa selalu mengingat-Nya, bersyukur kepada-Nya, beribadah
kepada-Nya dengan baik, serta mengumpulkan kita di dunia ini di atas
ketaatan. Dan di akhirat berada di kampung kemuliannya (surga) serta
memberikan kita hidayah ke jalan yang lurus.
(Disadur dari kitab Adh-Dhiyâul Lâmi` Minal Khuththabil Jawâmi` karya Syaikh Muhammad Bin Shâlih al-Utsaimîn 2/198-202)
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XIII/1431/2010M.
Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8
Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196] Almanhaj.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar